Kenalin nama gue, Rizki. Gue seorang pelajar absurd, yang belum kenal sama yang namanya cinta. Menurut gue, cinta cuma sekedar kata-kata, jika diterima... orang tersebut akan berubah sikapnya. Dari yang temenan... jadi pacaran, dari yang biasa aja... jadi malu-malu. Pemikiran itu, gue dapatkan dari diri gue sendiri, benar atopun salah hanya Allah yang tahu.
Gue tiba-tiba kenalan sama seseorang di blackberry mesengger. entah kenapa akhir-akhir ini sifat gue mulai berubah. Dulunya gue sama sekali gak berani nyatain cinta keseseorang.. itupun karena kurang rasa percaya diri, tapi setelah gue dipaksa untuk stand up comedy di depan kelas, gue mulai PeDe. Guru seni budaya, memaksa abis-abisan supaya gue mau maju kedepan. Anak-anak yang lain juga menyoraki gue, supaya mau maju ke depan. Dengan terpaksa gue Stand up comedy asal-asalan tanpa pake materi terlebih dahulu.. jelas garing banget jadinya, ketawa kaga, mual iya. Gara-gara ngeliat tokai ayam di kaki gue.
Nyatanya perubahan itu sangat berpengaruh dikehidupan remaja gue saat ini, saat yang tepat sekali untuk berpacaran, sama cewe. Banter-banter yah sama kudanil.
Setelah rasa percaya diri gue meningkat. nyatain cinta ke cewe, kaya mau jajan diwarung (gampang banget tapi kadang lama dijawabnya). Satu persatu cewe disekolah gue tawarin, jadi pacar gue. Tapi mereka semua menolak, karena orang tersebut gak kenal sama gue.
Ditolak sekalih si gapapa, tapi berkali-kali. NYESEK TAOO... Demikian untuk melegakan hati, gue pergi ke kantin, sekaligus beli minum. Tapi, abang-abangnya ngeselin.
"Bang, Beli es!!" Kata gue
"Yah, kayaknya batu es nya abis dek." Sahut si Abang penjual es. Merengut.
"Ouh yaudah."
"Eh, ada nih dikit lagi." Abang penjual es tersenyum.
"Hmm. Yaudeh bikinin ya."
"Maunya es apa."
"Nutrisari bang."
"Gak ada"
"Terus adanya apa?"
"Kukubima doang."
Kampret.
Di kantin gue bertemu dan berbicara dengan teman gue, Dandi. Yang memang seorang pakar cinta, di sekolah. Sekitar tiga puluh menit kami berbicara. Dari mulai ngomongin cinta, sampai ngomongin guru, kami merasa asik membicarakannya. Dandi bilang ke gue, "Ki, kalo lo mau pacaran, yah elo harus PDKT dulu lah. Jangan asal nyatain cinta aja."
"Oalah, pantes kemaren gue ditolak terus." Kata gue
"Emangnya lu nyatain cinta kesiapa?" tanya Dandi
"Ke anak sekolah sini, Tapi gue gak kenal dia siapa."
"...." Dandi terdiam, menggeleng-geleng ke arah gue. Gue yang gak mau kalah, malah mengangguk-ngangguk.
Seorang siswa seperti gue nggak gampang jatuh cinta. Hanya pada orang tertentu. Tapi kalo gue udah nemuin orangnya, usaha apapun gue lakukan, walaupun dengan perlahan-lahan. Pas banget, waktu lagi cari PDKT-an, contact BBM gue, ada yang dikenal Dandi. Jadi gue lebih mudah buat ngedeketinnya. Namanya itu Uty. Dia mantan dancer dari komunitas Fanatic Of Squad.
Berhubung gue bisa Shuffle, dan Dia bisa nge-Dance. Gue ngajak dia bikin komunitas baru, dengan modus PDKT.
Setiap malam gue bbm-an sama Uty, dari mulai ngomongin hal yang penting banget sampe nggak penting banget, Uty tetep bales bbm dari gue. Uty memanggil gue, Iki. Mungkin agar terlihat lebih akrab. Waktu itu, dia ngirimin ke gue foto, buat dikasih ke Dandi. Tapi malah ke end chat sama gue, foto itu juga belum gue save. Terpaksa gue dosa, karena gak menyampaikan amanah dengan baik *Khilaf*
-
Jelang hari latihan, gue deg-degan. Ingin ketemu sama dia, langsung. Biasanya gue suka gugup kalo di depan cewe, tapi gue udah latihan ngomong ke jamban. Biar gue nggak gugup lagi. Padahal lima menit setelah selesai latihan ngomong, Jamban tersebut hancur. Entah karena jambannya emang udah jelek, atau gara-gara ngeliat muka gue yang menyeramkan.
Rasa cinta membuat orang, berperilaku yang tidak seperti biasanya. Bisa lebih baik, bisa lebih buruk, tergantung orangnya. kalau gue sendiri, jadi lebih baik. Awalnya gue bolong-bolong kalau solat lima waktu, sekarang gue udah rutin tanpa ada yang terlewat sama sekali.. TERBAIKK LAH BOBOBOY (y)
-
Keesokannya, gue menyiapkan baju yang mau gue pake, karena niat gue bukan latihan tapi ketemuan. Bingung milih baju yang mana, akhirnya gue memutuskan untuk telanjang. Satu menit kemudian, titit gue bengkok, gataunya gue sedang diberikan hidayah supaya gak telanjang ke tempat latihan. Beruntung dirumah gue ada adek, dan dialah yang menyarankan gue supaya pake kaos sama celana jeans aja.
Uty datang bersama satu orang temannya, gue baru tahu ternyata temannya itu adalah fans beratnya Dandi. Namanya Rira, katanya dia itu gila-segila gilanya orang gila yang nge fans sama seseorang.
Sekitar dua jam kami latihan bareng, walaupun baru berempat. Terasa cukup asik, karena kebetulan Uty sudah punya gerakan. Tapi bukan itu yang membuat latihannya menjadi asik, tapi karena Setiap menit gue selalu terpancing buat ngeliat wajah Uty. Wajahnya bersinar, sampai-sampai gue dibikin salting.
"Ty, kamu cantik banget deh." Kata gue
"Ah Iki bisa aja." Sahut Uty, sambil tersenyum manja.
"Serius Ty, mungkin kalo ada pelangi, warnanya bakal ilang satu."
"Lho? Ko gitu?"
"Iyalah, kan bidadari satunya ada disini." Kata gue menggombal
Uty tertawa hingga pipis dicelana.
Waktu sudah hampir maghrib, Uty dijemput orangtuanya, karena mau pergi kerumah neneknya, di Tangerang. Tapi sialnya, Uty menyuruh gue nganterin Rira pulang, padahal tadinya gue mau ngajak Uty pulang bareng sama gue. SHITTT
Karena lagi mabuk cinta, gue pun menerima apapun suruhan dari Uty, walaupun dalem hati gue bilang. "Suee, gue pengennya nganterin eloo, PEKA DONG!!!."
Setelah gue melihat ke Rira, gataunya Rira sedang memasang muka gembel, supaya gue mengasianinya. Paling nanti kalo ada comberan, gue bakal lemparin dia ke comberan itu.
Diperjalanan nganter pulang Rira. Rira nanya-nanya gitu ke gue.
"Eh, Ki. Lo sebenernya ada rasa gak sih sama si Uty?" tanya Rira.
Gue diem. Pengen jawab tapi ragu.
"Udah, Ki. Ngomong aja sih, selow bae sama gue mah!!"
"Emm..I-Iya, Ra. Gue suka sama Uty." Jantung Gue deg-degan
"Si Uty juga ada rasa tau, sama lo"
"Halah boong lo?"
"Ih, serius, dia sering ngomongin lo kalo di sekolah"
Anjrit. Gue kaget setengah mati, gue kira cinta ini bakal bertepuk sebelah tangan. "Gak mungkin deh,, bukannya dia udah punya pacar?"
"Enggak ah, siapa lo pacarnya Uty?
"Gatau, Ra. Tapi tadi gue perhatiin, dia bbman terus pas lagi latihan."
"Ya engga lah, Ki. Emang bbman itu tanda kalo udah punya pacar? Engga kan?." Rira memasang muka serius, Gue itu temennya, gue tau dia single atau engga.
"Oh." Jawab gue sekenanya.
"Ya." Balas Rira
Gue seneng banget, ternyata Uty masih single.
Sambil ngorek upil, gue bilang "Kalo emang bener si Uty masih single. Nanti, lo bantuin gue ya Rir, buat ngedeketinnya."
"Oke, sip."
Dijalan gue menemukan comberan, untung saja Rira bikin gue seneng, kalo nggak mungkin hari ini, adalah hari terakhirnya.
-
Sekarang gue udah tau, kalau awal dari sebuah hubungan adalah pendekatan. Yoi, pendekatan berupa verbal maupun nonverbal. Pendekatan verbal seperti mengajak jalan ke mall, atau ke bioskop terdekat. Sedangkan pendekatan non verbal yaitu dengan mencari tahu apa yang ia sukai, dan apa yang ia lakukan sehari-hari.
Cowo seperti gue ini, melakukan pendekatan secara verbal. Namun masih sering terjadi kesalahan teknis, seperti saat gue mengajak Uty nonton bioskop. Ternyata gue lupa bawa uang, sehingga Uty yang mentraktir gue -_-. Memang terlihat betapa idiotnya gue, yang tidak mempersiapkan terlebih dahulu, sesuatu yang kiranya harus digunakan.
Sebenarnya gue ada uang, niatnya juga buat nraktir Uty nonton. Kalo jadi cowo jangan mau dibayarin nonton sama cewe. Itu prinsip gue, tapi gue sendiri malah kacauin prinsip itu. #Lah
Tiga puluh menit sebelum bertemu Uty di bioskop, gue masih dirumah. Nyokap gue menyuruh beli ayam bakar dulu di taman jajan, yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Gara-gara itu, gue jadi kesel, karena takut Uty marah dan nganggap gue PHP. Berpuluh-puluh notif bbm muncul di Hp gue, itu dari Uty. Isinya cuma Ki, cepet... gue gak nge-read dulu, alasannya biar Uty ngira gue lagi siap-siap. Padahal lagi duduk ngantri beli ayam bakar. -_-
Sampe dirumah, gue langsung lemparin ayam bakar ke depan pintu. Itulah gue, kalo lagi emosi. Gue langsung jalan ke tempat bioskop tanpa salam ke Nyokap-Bokap dahulu. Kecepatan gue bawa motor yaitu 80km/jam, dengan cepat gue nyalip-nyalip mobil. Ada mobil bus yang gue salip, ada mobil sedan, ada juga mobil-mobilan. rambut gue yang tadinya lurus, sampe bioskop jadi keriting.
Uty menunggu gue di dekat eskalator. Setelah bertemu, kami bergandengan tangan, mungkin orang sekitar yang melihat gue sama Uty, bakal ngira bidadari lagi ngegandeng hewan peliharaannya. Emang sialnya, saat itu gue jadi terlihat dekil, rambut kusut banget deh tapi dengan baik hatinya Uty masih mau ngegandeng gue. Lalu, Uty mengajak gue beli tiketnya, disitulah gue sadar, kalo gue lupa bawa duit. Oh Tuhan... ampunilah AKUUU. Hati gue seakan berbisik. Untuk memperbaik keadaan, gue ngomong apa adanya ke Uty. Dan akhirnya dialah yang nraktir gue nonton. #MaluNyaBukanMaenn
-
Seminggu kemudian, gue mendapat kabar buruk akan kepergian Uty untuk mengikuti kemauan orangtuanya. Entah kenapa rasanya sakit sekali, ketika orang yang kita cintai bakal meninggalkan kita. Sebuah harapan yang lenyap termakan oleh situasi, dialami oleh gue. Orangtuanya Uty harus pindah ke Padang karena tuntutan pekerjaan, sehingga Uty pun harus ikut, jika tidak Uty akan dimasukkan ke pondok pesantren, namun Uty lebih memilih ikut bersama orangtuanya. Pilihan yang tepat, karena anak pesantren jarang yang mau pacaran.
Pada hari dimana Uty mau berangkat menuju Padang, gue sempat diajak bertemu dengannya. Dia datang dengan memakai kaos warna putih, lengan panjang, namun celananya, celana olahraga. Gue sedikit bingung dengan pakaian yang digunakan Uty, tapi itu kan hak dia. Gue cuma bisa nahan sedih yang diiringi senyum kehampaan.
Dari kejauhan, gue melihat Uty membawa sebuah bungkusan plastik warna hitam. Didalamnya berisi sebuah cokelat, yang ternyata mau diberikan ke gue. Air mata keluar perlahan dari mata gue, karena hati gue sakit sekali, batin gue juga perih. Mungkin tuk selama-lamanya.
Ketika berhadapan dengan gue, Uty langsung memberikan kantong plastik yang isinya coklat itu ke gue. Dia bilang "Maaf yah, aku harus pergi." Sambil memasang wajah muram.
Gue yang mencoba gentle menjawab "Iyah Ty. Gapapa kok, semoga kamu menjadi lebih baik lagi disana." Sambil tersenyum.
"Sekali lagi aku minta maaf yah."
"Iyah, Uty. Kamu tenang aja, aku gapapa kok. Yang penting kamu jaga diri."
"Pasti, Ki. Uty pasti jaga diri disana." Kata Uty sambil tersenyum meneteskan air mata.
Setelah itu, Uty membalikkan badannya. Dia berjalan meninggalkan gue, sambil menunduk. Sungguh dramatis, hingga tukang ojek yang melihat adegan ini, ikut menangis.
Dari kejauhan, gue memanggil "Uty..."
Uty menengok ke belakang, melihat ke arah gue. "KENAPA KI?" jawab dia dengan nada tinggi.
"NANTI KALO IKI BBM, UTY BALES YA!!" gue bilang dengan nada tinggi juga.
"IYAH KI, UTY BAKAL SELALU BALES BBM DARI IKI.."
Gue tersenyum, tanpa disadari burung merpati berak diatas kepala gue.
Ketika Uty sudah tidak terlihat, gue mengelap tahi burung pake daun. Lalu, memerhatikan cokelat yang diberikan Uty barusan. Tersadar akan kebodohan gue, yang telat menyatakan cinta, hingga akhirnya ditinggalkan. Untungnya sebatang cokelat dapat menghilangkan kesedihan saat itu. Walau harus berpisah dengan Uty, cokelat pemberiannya membuat gue menjadi semangat kembali untuk melakukan kegiatan seperti biasa.
Lagi-lagi cinta gue gagal. Belum sempat nyatain cinta ke Uty, gue udah ditinggal duluan. Mungkin ini suatu kesalahan, dimana saat kita sudah tau seseorang ada yang mencintai kita dan kita pun mencitai dia, harus segera nyatakan perasaan secepatnya, sebelum sesuatu yang tidak diinginkan datang.
Seperti sebuah cokelat yang kalau didiamkan lama kelamaan bakalan lumer (meleleh), menjadi tidak keras. Kita tahu cokelat lebih enak kalo dinikmati saat masih keras, sedangkan kalo kelamaan cokelat itu bakal meleleh, rasanya pun jadi kurang enak. Begitupun cinta, saat cinta dalam keadaan yang bagus, harus segera dinyatakan, jangan nunggu-nunggu lagi, sebelum cinta itu semakin lama semakin rapuh.
Gue tiba-tiba kenalan sama seseorang di blackberry mesengger. entah kenapa akhir-akhir ini sifat gue mulai berubah. Dulunya gue sama sekali gak berani nyatain cinta keseseorang.. itupun karena kurang rasa percaya diri, tapi setelah gue dipaksa untuk stand up comedy di depan kelas, gue mulai PeDe. Guru seni budaya, memaksa abis-abisan supaya gue mau maju kedepan. Anak-anak yang lain juga menyoraki gue, supaya mau maju ke depan. Dengan terpaksa gue Stand up comedy asal-asalan tanpa pake materi terlebih dahulu.. jelas garing banget jadinya, ketawa kaga, mual iya. Gara-gara ngeliat tokai ayam di kaki gue.
Nyatanya perubahan itu sangat berpengaruh dikehidupan remaja gue saat ini, saat yang tepat sekali untuk berpacaran, sama cewe. Banter-banter yah sama kudanil.
Setelah rasa percaya diri gue meningkat. nyatain cinta ke cewe, kaya mau jajan diwarung (gampang banget tapi kadang lama dijawabnya). Satu persatu cewe disekolah gue tawarin, jadi pacar gue. Tapi mereka semua menolak, karena orang tersebut gak kenal sama gue.
Ditolak sekalih si gapapa, tapi berkali-kali. NYESEK TAOO... Demikian untuk melegakan hati, gue pergi ke kantin, sekaligus beli minum. Tapi, abang-abangnya ngeselin.
"Bang, Beli es!!" Kata gue
"Yah, kayaknya batu es nya abis dek." Sahut si Abang penjual es. Merengut.
"Ouh yaudah."
"Eh, ada nih dikit lagi." Abang penjual es tersenyum.
"Hmm. Yaudeh bikinin ya."
"Maunya es apa."
"Nutrisari bang."
"Gak ada"
"Terus adanya apa?"
"Kukubima doang."
Kampret.
Di kantin gue bertemu dan berbicara dengan teman gue, Dandi. Yang memang seorang pakar cinta, di sekolah. Sekitar tiga puluh menit kami berbicara. Dari mulai ngomongin cinta, sampai ngomongin guru, kami merasa asik membicarakannya. Dandi bilang ke gue, "Ki, kalo lo mau pacaran, yah elo harus PDKT dulu lah. Jangan asal nyatain cinta aja."
"Oalah, pantes kemaren gue ditolak terus." Kata gue
"Emangnya lu nyatain cinta kesiapa?" tanya Dandi
"Ke anak sekolah sini, Tapi gue gak kenal dia siapa."
"...." Dandi terdiam, menggeleng-geleng ke arah gue. Gue yang gak mau kalah, malah mengangguk-ngangguk.
Seorang siswa seperti gue nggak gampang jatuh cinta. Hanya pada orang tertentu. Tapi kalo gue udah nemuin orangnya, usaha apapun gue lakukan, walaupun dengan perlahan-lahan. Pas banget, waktu lagi cari PDKT-an, contact BBM gue, ada yang dikenal Dandi. Jadi gue lebih mudah buat ngedeketinnya. Namanya itu Uty. Dia mantan dancer dari komunitas Fanatic Of Squad.
Berhubung gue bisa Shuffle, dan Dia bisa nge-Dance. Gue ngajak dia bikin komunitas baru, dengan modus PDKT.
Setiap malam gue bbm-an sama Uty, dari mulai ngomongin hal yang penting banget sampe nggak penting banget, Uty tetep bales bbm dari gue. Uty memanggil gue, Iki. Mungkin agar terlihat lebih akrab. Waktu itu, dia ngirimin ke gue foto, buat dikasih ke Dandi. Tapi malah ke end chat sama gue, foto itu juga belum gue save. Terpaksa gue dosa, karena gak menyampaikan amanah dengan baik *Khilaf*
-
Jelang hari latihan, gue deg-degan. Ingin ketemu sama dia, langsung. Biasanya gue suka gugup kalo di depan cewe, tapi gue udah latihan ngomong ke jamban. Biar gue nggak gugup lagi. Padahal lima menit setelah selesai latihan ngomong, Jamban tersebut hancur. Entah karena jambannya emang udah jelek, atau gara-gara ngeliat muka gue yang menyeramkan.
Rasa cinta membuat orang, berperilaku yang tidak seperti biasanya. Bisa lebih baik, bisa lebih buruk, tergantung orangnya. kalau gue sendiri, jadi lebih baik. Awalnya gue bolong-bolong kalau solat lima waktu, sekarang gue udah rutin tanpa ada yang terlewat sama sekali.. TERBAIKK LAH BOBOBOY (y)
-
Keesokannya, gue menyiapkan baju yang mau gue pake, karena niat gue bukan latihan tapi ketemuan. Bingung milih baju yang mana, akhirnya gue memutuskan untuk telanjang. Satu menit kemudian, titit gue bengkok, gataunya gue sedang diberikan hidayah supaya gak telanjang ke tempat latihan. Beruntung dirumah gue ada adek, dan dialah yang menyarankan gue supaya pake kaos sama celana jeans aja.
Uty datang bersama satu orang temannya, gue baru tahu ternyata temannya itu adalah fans beratnya Dandi. Namanya Rira, katanya dia itu gila-segila gilanya orang gila yang nge fans sama seseorang.
Sekitar dua jam kami latihan bareng, walaupun baru berempat. Terasa cukup asik, karena kebetulan Uty sudah punya gerakan. Tapi bukan itu yang membuat latihannya menjadi asik, tapi karena Setiap menit gue selalu terpancing buat ngeliat wajah Uty. Wajahnya bersinar, sampai-sampai gue dibikin salting.
"Ty, kamu cantik banget deh." Kata gue
"Ah Iki bisa aja." Sahut Uty, sambil tersenyum manja.
"Serius Ty, mungkin kalo ada pelangi, warnanya bakal ilang satu."
"Lho? Ko gitu?"
"Iyalah, kan bidadari satunya ada disini." Kata gue menggombal
Uty tertawa hingga pipis dicelana.
Waktu sudah hampir maghrib, Uty dijemput orangtuanya, karena mau pergi kerumah neneknya, di Tangerang. Tapi sialnya, Uty menyuruh gue nganterin Rira pulang, padahal tadinya gue mau ngajak Uty pulang bareng sama gue. SHITTT
Karena lagi mabuk cinta, gue pun menerima apapun suruhan dari Uty, walaupun dalem hati gue bilang. "Suee, gue pengennya nganterin eloo, PEKA DONG!!!."
Setelah gue melihat ke Rira, gataunya Rira sedang memasang muka gembel, supaya gue mengasianinya. Paling nanti kalo ada comberan, gue bakal lemparin dia ke comberan itu.
Diperjalanan nganter pulang Rira. Rira nanya-nanya gitu ke gue.
"Eh, Ki. Lo sebenernya ada rasa gak sih sama si Uty?" tanya Rira.
Gue diem. Pengen jawab tapi ragu.
"Udah, Ki. Ngomong aja sih, selow bae sama gue mah!!"
"Emm..I-Iya, Ra. Gue suka sama Uty." Jantung Gue deg-degan
"Si Uty juga ada rasa tau, sama lo"
"Halah boong lo?"
"Ih, serius, dia sering ngomongin lo kalo di sekolah"
Anjrit. Gue kaget setengah mati, gue kira cinta ini bakal bertepuk sebelah tangan. "Gak mungkin deh,, bukannya dia udah punya pacar?"
"Enggak ah, siapa lo pacarnya Uty?
"Gatau, Ra. Tapi tadi gue perhatiin, dia bbman terus pas lagi latihan."
"Ya engga lah, Ki. Emang bbman itu tanda kalo udah punya pacar? Engga kan?." Rira memasang muka serius, Gue itu temennya, gue tau dia single atau engga.
"Oh." Jawab gue sekenanya.
"Ya." Balas Rira
Gue seneng banget, ternyata Uty masih single.
Sambil ngorek upil, gue bilang "Kalo emang bener si Uty masih single. Nanti, lo bantuin gue ya Rir, buat ngedeketinnya."
"Oke, sip."
Dijalan gue menemukan comberan, untung saja Rira bikin gue seneng, kalo nggak mungkin hari ini, adalah hari terakhirnya.
-
Sekarang gue udah tau, kalau awal dari sebuah hubungan adalah pendekatan. Yoi, pendekatan berupa verbal maupun nonverbal. Pendekatan verbal seperti mengajak jalan ke mall, atau ke bioskop terdekat. Sedangkan pendekatan non verbal yaitu dengan mencari tahu apa yang ia sukai, dan apa yang ia lakukan sehari-hari.
Cowo seperti gue ini, melakukan pendekatan secara verbal. Namun masih sering terjadi kesalahan teknis, seperti saat gue mengajak Uty nonton bioskop. Ternyata gue lupa bawa uang, sehingga Uty yang mentraktir gue -_-. Memang terlihat betapa idiotnya gue, yang tidak mempersiapkan terlebih dahulu, sesuatu yang kiranya harus digunakan.
Sebenarnya gue ada uang, niatnya juga buat nraktir Uty nonton. Kalo jadi cowo jangan mau dibayarin nonton sama cewe. Itu prinsip gue, tapi gue sendiri malah kacauin prinsip itu. #Lah
Tiga puluh menit sebelum bertemu Uty di bioskop, gue masih dirumah. Nyokap gue menyuruh beli ayam bakar dulu di taman jajan, yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Gara-gara itu, gue jadi kesel, karena takut Uty marah dan nganggap gue PHP. Berpuluh-puluh notif bbm muncul di Hp gue, itu dari Uty. Isinya cuma Ki, cepet... gue gak nge-read dulu, alasannya biar Uty ngira gue lagi siap-siap. Padahal lagi duduk ngantri beli ayam bakar. -_-
Sampe dirumah, gue langsung lemparin ayam bakar ke depan pintu. Itulah gue, kalo lagi emosi. Gue langsung jalan ke tempat bioskop tanpa salam ke Nyokap-Bokap dahulu. Kecepatan gue bawa motor yaitu 80km/jam, dengan cepat gue nyalip-nyalip mobil. Ada mobil bus yang gue salip, ada mobil sedan, ada juga mobil-mobilan. rambut gue yang tadinya lurus, sampe bioskop jadi keriting.
Uty menunggu gue di dekat eskalator. Setelah bertemu, kami bergandengan tangan, mungkin orang sekitar yang melihat gue sama Uty, bakal ngira bidadari lagi ngegandeng hewan peliharaannya. Emang sialnya, saat itu gue jadi terlihat dekil, rambut kusut banget deh tapi dengan baik hatinya Uty masih mau ngegandeng gue. Lalu, Uty mengajak gue beli tiketnya, disitulah gue sadar, kalo gue lupa bawa duit. Oh Tuhan... ampunilah AKUUU. Hati gue seakan berbisik. Untuk memperbaik keadaan, gue ngomong apa adanya ke Uty. Dan akhirnya dialah yang nraktir gue nonton. #MaluNyaBukanMaenn
-
Seminggu kemudian, gue mendapat kabar buruk akan kepergian Uty untuk mengikuti kemauan orangtuanya. Entah kenapa rasanya sakit sekali, ketika orang yang kita cintai bakal meninggalkan kita. Sebuah harapan yang lenyap termakan oleh situasi, dialami oleh gue. Orangtuanya Uty harus pindah ke Padang karena tuntutan pekerjaan, sehingga Uty pun harus ikut, jika tidak Uty akan dimasukkan ke pondok pesantren, namun Uty lebih memilih ikut bersama orangtuanya. Pilihan yang tepat, karena anak pesantren jarang yang mau pacaran.
Pada hari dimana Uty mau berangkat menuju Padang, gue sempat diajak bertemu dengannya. Dia datang dengan memakai kaos warna putih, lengan panjang, namun celananya, celana olahraga. Gue sedikit bingung dengan pakaian yang digunakan Uty, tapi itu kan hak dia. Gue cuma bisa nahan sedih yang diiringi senyum kehampaan.
Dari kejauhan, gue melihat Uty membawa sebuah bungkusan plastik warna hitam. Didalamnya berisi sebuah cokelat, yang ternyata mau diberikan ke gue. Air mata keluar perlahan dari mata gue, karena hati gue sakit sekali, batin gue juga perih. Mungkin tuk selama-lamanya.
Ketika berhadapan dengan gue, Uty langsung memberikan kantong plastik yang isinya coklat itu ke gue. Dia bilang "Maaf yah, aku harus pergi." Sambil memasang wajah muram.
Gue yang mencoba gentle menjawab "Iyah Ty. Gapapa kok, semoga kamu menjadi lebih baik lagi disana." Sambil tersenyum.
"Sekali lagi aku minta maaf yah."
"Iyah, Uty. Kamu tenang aja, aku gapapa kok. Yang penting kamu jaga diri."
"Pasti, Ki. Uty pasti jaga diri disana." Kata Uty sambil tersenyum meneteskan air mata.
Setelah itu, Uty membalikkan badannya. Dia berjalan meninggalkan gue, sambil menunduk. Sungguh dramatis, hingga tukang ojek yang melihat adegan ini, ikut menangis.
Dari kejauhan, gue memanggil "Uty..."
Uty menengok ke belakang, melihat ke arah gue. "KENAPA KI?" jawab dia dengan nada tinggi.
"NANTI KALO IKI BBM, UTY BALES YA!!" gue bilang dengan nada tinggi juga.
"IYAH KI, UTY BAKAL SELALU BALES BBM DARI IKI.."
Gue tersenyum, tanpa disadari burung merpati berak diatas kepala gue.
Ketika Uty sudah tidak terlihat, gue mengelap tahi burung pake daun. Lalu, memerhatikan cokelat yang diberikan Uty barusan. Tersadar akan kebodohan gue, yang telat menyatakan cinta, hingga akhirnya ditinggalkan. Untungnya sebatang cokelat dapat menghilangkan kesedihan saat itu. Walau harus berpisah dengan Uty, cokelat pemberiannya membuat gue menjadi semangat kembali untuk melakukan kegiatan seperti biasa.
Lagi-lagi cinta gue gagal. Belum sempat nyatain cinta ke Uty, gue udah ditinggal duluan. Mungkin ini suatu kesalahan, dimana saat kita sudah tau seseorang ada yang mencintai kita dan kita pun mencitai dia, harus segera nyatakan perasaan secepatnya, sebelum sesuatu yang tidak diinginkan datang.
Seperti sebuah cokelat yang kalau didiamkan lama kelamaan bakalan lumer (meleleh), menjadi tidak keras. Kita tahu cokelat lebih enak kalo dinikmati saat masih keras, sedangkan kalo kelamaan cokelat itu bakal meleleh, rasanya pun jadi kurang enak. Begitupun cinta, saat cinta dalam keadaan yang bagus, harus segera dinyatakan, jangan nunggu-nunggu lagi, sebelum cinta itu semakin lama semakin rapuh.