Selasa, 16 September 2014

Derita Guru Killer


Seorang guru di sekolah Madaniyah, atau sekolah yang berada di Graha Raya Bintaro. Mempunyai sikap yang kurang adil. Dia bisa dibilang guru killer yang melebihi sekolah-sekolah lain, kesehariannya saat mengajar sangatlah seram layaknya Rambo. Dari mulai melotot kepada murid, hingga memaksa murid untuk menyembah jamban.

Guru itu sebut saja Pak Reges, dia selalu memakai jas hitam dan sepatu pamtofel ketika mengajar di dalam kelas. Wajahnya seram, apalagi setelah melihat siswa melanggar aturan, penggaris besi pun bisa menempel di pipi siswa.

Siswa bernama Abdur adalah siswa yang seringkali merasakan sakitnya pukulan penggaris dari Pak Reges, berbagai hinaan pun keluar dari mulut Abdur. Karena tidak terima atas apa yang dilakukan Pak Reges, Abdur mengancam akan mengadukan hal ini kepada kakaknya, SEORANG PREMAN PASAR.


Sebagai seorang guru, Pak Reges harus selalu menjaga imagenya. tegas, keras, dan galak. Di depan semua murid dia selalu menjaga imagenya. Iyah, Pak Reges demen melotot, seakan-akan bola matanya mau keluar. Terkenal dengan guru tergalak dari yang tergalak, Pak Reges menyembunyikan kepribadian yang sangat baik. Dia mengasiani anak yatim.

 Ada salah satu murid di sekolah Madaniyah, namanya Supri. Termasuk salah satu anak yatim tulen di sekolah itu. Setahu Supri, Pak Reges sangat baik hati. Berawal dari kejadian di saat Supri kurus kering tidak mempuyai uang jajan, Pak Reges pun datang.

"Hy, Supri. Badan kamu kok Kaya lidi, Pri."

"Ah, Bapak. Saya begini juga gara-gara belum makan dua kali...."

"Yah kamu, Pri. Cuma gara-gara kamu belum makan dua kali aja, badan kamu jadi kurus kering begitu." *Pak Reges Ketawa*

"Iya Pak, saya belum makan dua kali. DUA KALI RAMADHAN!"

"..."

Pak Reges turut berduka cita kepada Supri, ia mengeluarkan dompet untuk memberikan Supri uang agar badannya tumbuh kembali dengan normal.

Mendengar kelakuan gurunya, Hati Supri tersentuh. Karena yang ia tahu Pak Reges tidak terlihat berprikemanusiaan. Tapi ternyata Pak Reges sangat baik, walaupun cuma sama anak yatim.


Siapa sangka seorang guru galak seperti Pak Reges, terkadang terlalu baik kepada siswa yang disenanginya. Bukan hanya diluar sekolah, di lingkungan sekolah pun sama, Pak Reges selalu tersenyum kepada Supri tapi tidak dengan siswa lain, dengan sebab bukan anak yatim. Muka seperti rambo, itulah hinaan dari beberapa siswa di sekolah Madaniyah.

Waktu itu, ketika Pak Reges sedang asik memainkan laptopnya di ruang guru, dia didatangi oleh pemuda brangas, seram, kayak kuburan. Pemuda itu langsung memukul ke arah wajah Pak Reges, Pak Reges nangis cengingikan.

Hal itu membuat guru lain dan siswa di sekolah Madaniyah bergerumbul dan melihati Pak Reges yang sedang dipukul terus menerus oleh seorang pemuda sangar.

Ternyata pemuda itu, adalah kakaknya Abdur. Abdur ternyata benar-benar mengadu kepada kakaknya. Abdur merasa tidak senang dengan sikap Pak Reges yang sering memukul pipi-nya pake penggaris. Di sela-sela itu, Supri maju satu langkah dari gerumbulan orang biadap yang hanya terdiam ketika melihat ada guru yang dihina.

"Ini pada kenapa sih, ada guru yang dipukuli malah dilihatin doang."

Abdur menyahut, "Lo juga diem aja kan, cuma cengo ngeliatin.. hahaha *ketawa cengingikan*"

"Eh lo Dur, jangan sampe gua tangkep lo kalo gue udah jadi polisi."

"Halah, gembel kayak lo mana bisa jadi polisi?"

"Bisa ajaaa, Tapi... Polisi tidur." Kata seorang temannya Abdur.

Supri terdiam. Tiba-tiba dia mimisan.

Beberapa menit kemudian, Pak Reges sudah babak belur, mukanya pada biru *bengkak* akibat pukulan dashyat dari kakaknya Abdur. Seorang siswa seperti Supri tidak bisa berbuat apa-apa, tanpa ada yang mendukungnya.

Supri mengingat kembali (Flashback) ketika dia berdua dengan Pak Reges memakan nasi garam. mereka berdua suap-suapan garpu sampe kecolok mata, dan ketek mereka berdua sama-sama asin akibat garam yang dimakannya berlebihan.

Kenangan demi kenangan teringat oleh Supri, dia bingung harus melakukan apa. Jam terdengar berdengung di telinganya, keringat sudah mulai bercucuran, upil berkeluaran. Akhirnya Supri mengambil keputusan, kalau dia harus ikut terdiam melihati Pak Reges yang dipukuli kakaknya Abdur.


Keesokan harinya, Supri meminta maaf karena terdiam melihat Pak Reges dipukuli.

Keajaiban datang karena sikap Pak Reges berubah. Yang tadinya terlihat seram sekarang terlihat selow, cara mengajarnya pun berubah, yang tadinya mukul pake penggaris sekarang pake buku tulis. Supri senang setelah melihat perubahan sikap Pak Reges kepada siswanya. Anak yatim atau bukan sekarang terlihat setara di mata Pak Reges.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog