Kamis, 25 September 2014

PERTEMPURAN BOLENG




Baca ini ==>> Boleng adalah tim sepak bola dan tim petualang yang   gue bentuk ketika gue masih di bangku sekolah dasar. Sebelumnya  gue membuat genk sepeda dengan nama The Tarix Jabrix karena terinspirasi dari film bioskop. Tapi genk sepeda gue mengalami kejadian mengerikan, Salah satu teman gue bernama Azis, telah meninggal karena tertusuk stang sepeda setelah melakukan balapan dengan genk lain. Semua anak Genk sepeda The Tarix Jabrix pun pada celeng, ketakutan. Dari situlah nama Boleng terbentuk, yang artinya Bocah Celeng. :)


~~
LAYAKNYA anak STM yang suka bertempur, tim Boleng ini juga sedikit nakal dan konyol pada saat puncak kejayaannya, karena saat itu tak dapat dikalahkan dalam Sparing Futsal dan Sepak Bola. Kebanyakan orang, kalau kalah ketika sparing bola, pasti selalu emosi  dan berujung dengan kekerasan. Boleng pernah mengalami hal itu.

Gue yang sedang duduk-duduk sambil memakan siomay, mengobrol kepada abang tukang siomay mengenai pertempuran tim Boleng.

“Gini bang, kemaren gue udah kelar sama genk sepeda gue. Dan sekarang gue buat lagi tim sepak bola dan tim petualang dengan nama Boleng.” kata Gue sambil memakan siomay.

“Boleng apaan? kayanya seru-tuh, ceritain dong tentang Boleng!”

“Idih, abang kepo.” Gue pun tertawa, hingga tersedak.

“Ck. Gapapa-lah, abang gedek nih nungguin lu makan siomay lama banget.”

Gue kaget.

“Iyadeh bang, gue ceritain”.

Jadi gini....
“Setelah genk sepeda The Tarix Jabrix itu kelar,  gue pun buat sebuah tim pake nama Boleng. Anggotanya juga Cuma sedikit. Kami hobi sekali berpetualang, pernah waktu itu kami sparing bola sampe-sampe tempur hingga mengalami kejadian yang tak bisa dilupakan begitu saja *Masang muka serius*.”

“Tempurnya gimana tuh?”.

“Bentar dong, nelen pare dulu nih nanti juga di ceritain”.

"Yayaya." sambut si abang tukang siomay.

HMMPP...
“Pertempurannya tuh tidak menggunakan tombak, tetapi menggunakan buah yang sering dipakai untuk bermain bola api.”

“Emang tempurnya dimana?” tanya si abang tukang siomay

Gue melihat ke arah tukang siomay dan memasang muka bete.

“Yaudah lanjutin.” Kata abang tukang siomay yang merasa tidak enak.

   “Anggota Boleng sisa-genk-The-Tarix-Jabrix, hanya tempat orang saja. Yaitu, gue, Aan, Aldo, dan Hilmi. Anak-anak The Tarix Jabrix  yang dulu, telah pindah rumah entah kemana.” Sambil menyuap siomay menggunakan kaki. “Kami berempat tidak berputus asa dalam membangun Boleng ini”. Hentak Gue ke tukang siomay, dan melanjutkan cerita.

Abang Tukang siomay Tersenyum.

“Semenjak gue main berempat terus. di depan rumah Hilmi ada sebuah pintu masuk ke sebuah perkomplek'an yang namanya sangat menyeramkan... urghh.. yaitu Puspita Loka.. serem banget kan namanya bang.”

“Serem dari mana dek? Kalo namanya komplek bekas kuburan baru tuh serem.” si Abang tukang siomay sewot karena merasa dibohongi.

“Ya kan Cuma bercanda :D,” Gue tersenyum dan sedikit pura-pura ketawa.

“Terus ngapain di komplek itu?” tanya abang tukang siomay. mulai resep dengan ceritanya.

“Gue berempat di komplek itu berniat melanjutkan petualangan genk yang telah hilang beberapa tahun ini. Kami berpetualang ke tiga tempat menggunakan peta seperti (Boleng the explorer).

~ Tempat yang pertama~
 Adalah sebuah taman yang di sebut taman Teletubies, kami membuat beberapa permainan seperti, gelantungan dari cabang daun kelapa, membuat arena balap sepeda, dan membuat gawang bola untuk tempat main bola di taman itu. Tapi Gue masih bingung ‘siapakah pembuat nama taman itu?’. Akhirnya gue ada niatan untuk menganalisa hal ini dengan teliti.

Kemungkinan Asal Mula Taman Teletubies:

1. Dahulu Teletubies tinggal di taman itu. Kemudian mereka mati karena dibunuh oleh warga komplek Puspita Loka. Kemudian tempat itu angker dan sering disebut Taman Teletubies.

2. Teletubies poop sembarangan dan bermain di tempat dia poop, sehingga membuat mereka mati karena ke-bauan kotoran mereka sendiri. Lalu warga menghormati dan mengenang kematian Teletubies dengan menamakan Tempat bermain yang di pakai poop si Teletubies.


3. Taman itu hanya mirip dengan taman di film Teletubies yang sering dipakai Teletubies untuk bermain, bersenang-senang, sampai-sampai melihat dan mendengarkan cerita orang lain yang ada di perut salah satu Teletubies.

4. Nama taman itu hanya  nama asal untuk membuat anak kecil senang dan tersangkanya adalah orang yang main di taman itu bersama anaknya. “SIAPAKAH DIA?”

Di Taman Teletubies itu banyak sekali pohon kelapanya, jadi ketika Aldo hampir mati kehausan, Gue langsung memetik kelapa yang ada di taman itu demi menjaga solidaritas.

   ~Tempat kedua~
Adalah perosotan Tanah Merah, ‘iyah. Tanahnya merah’, mungkin pergabungan antara tanah basah dengan tanah kering (ini ngasal brew). Di Tanah Merah itu bukanlah taman bermain, melainkan tempat pembuangan sampah yang dimanfaatkan untuk bermain. Karena menipisnya tempat yang dapat digunakan untuk bermain, yah kami terpaksa main di tempat pembuangan sampah. Kadang kalo lagi disana, terus tiba-tiba laper, gue dan yang lainnya makan sampah.

Lama kelamaan gue mulai merasa kurang nyaman dengan kurangnya lapak bermain. Jadinya Gue and friend berniat untuk mengirim surat kepada pemerintah mengenai permintaan Taman Bermain yang besar.

Menulis  surat untuk pemerintah lumayan sulit, tapi dengan bantuan Aldo surat itupun terselesaikan. Walaupun ngaco.

Satu lagi masalahnya, Gue dan yang lainnya sama sekali tidak tahu cara mengirimkannya kepada pemerintah. Udah gitu Aldo, sudah pulang kerumahnya untuk nyetor muka.

Dengan saran Hilmi, surat itu dikirim dengan memasukkan suratnya ke salah satu kotak surat di komplek Puspita Loka, Gue sendiri tidak tahu apakah kotak surat itu tempat mengirim surat ataukah tempat menerima surat. #NamanyaJugaAnak-Anak

Banyak sekali pengalaman yang terjadi di perosotan Tanah Merah itu, pernah waktu itu Gue, Aan, dan Hilmi kesambet setan penghuni tempat itu. Kami bertiga lupa bahwa dilarang pipis sembarangan. Cuman karena pipis, gue bertiga sakit berbarengan selama tiga hari.

Gue rada ngenes, kenapa Aldo gak ada pada saat menyebalkan itu. Emang KAMPRET BANGET DAH SI ALDO.

 ~Tempat ketiga~
Adalah Rumah Pohon yang banyak sekali kenangan tim Boleng terjadi di sana. Sewaktu itu ada tiga anak komplek Puspita Loka, menantang kami main bola atau Sparing sepak bola. Kami yang sedang berada di Rumah Pohon, langsung turun dengan tergesa-gesa, mengapa bisa?  Karena bagi tim Boleng sepak bola sudah menjadi bagian dari kehidupan. hehehe...

 Anyway, gue bertiga  mengadu bola di lapangan yang ada di komplek itu, yaitu di Taman Teletubies yang gawangnya sudah gue, Aan, Hilmi, Dan Aldo buatkan.

Di rumah pohon ada bola simpanan kami yang baru beli kemaren sore. Tapi sialnya adalah celana Aan robek kena paku ketika turun dari rumah pohon. Aan mulai ngerasa males untuk ikutan Sparing, tapi gue dan Hilmi terus memaksa Aan agar segera ikut Sparing.

     Gue, Aan, dan Hilmi tidak mengenal sama sekali ketiga anak itu. Karena Hilmi orangnya sok gaul and sok kenal (SKSD) dia pun menanyakan nama ketiga anak yang ngajak kami Sparing sepak bola. Ternyata nama mereka adalah Aji, Philips, dan Angel. Dilihat dari namanya saja sudah seperti pemain-pemain termahal karena mereka orangnya bersih, putih dan anak orang kaya. Sedangkan gue bertiga seperti pemain Goceng-an yang dipakai untuk disuruh beli rokok.

Memang dari ketiga anak itu, ada salah satu anak perempuan yang ikut bermain bola. Gue menjadi kesulitan karena mereka bermain dengan membuat peraturan sendiri, misalnya, ketika hands ball di tengah lapangan, akan terjadi tendangan penalti, kiper tidak boleh maju, jangan menyentuh tubuh Angel. Itulah yang bikin susah memenangkan pertandingan ini.

  Tapi dengan semangat 45 serta juang-beruang yang tinggi kami pun memenangkan pertandingan ini dengan skor tlak 5-2 yang telah dimenangkan oleh tiga anak kecil yang tidak tahu aturan main sepak bola ( Gue, Aan, Hilmi ).
   
Setelah kami memenangkan pertandingan itu, tim mereka pun tiba-tiba emosi tinggi, sehingga dia mengajak kami ribut one by one. Tetapi karena nyali gue bertiga kecil, kami pun hanya bisa lari sambil main kata-kataan nama. Aji menjadi Ajinomoto, Philips menjadi lampu tahan lama, dan Angel menjadi malaikat dalam hidup gue ( ebuseeh ngarep ).
 
Kami mengatakan sambil melet-melet lidah. ngeledek. Dengan tanpa sengaja gue melihat sebuah bola api, entah apa yang gue pikirkan akhinya gue melempar bola api itu ke arah mereka. Mereka bertiga yang tidak mau kalah, melempari kami bola api juga.

Banyak sekali masalah2 yang terjadi, ada kaca yang pecah pada salah satu rumah di komplek itu, ada juga mobil yang alarmnya berbunyi, dan ada kuproy yang matanya copot ( waduh.. ko bisa!!? ).
 
Perperangan itu terjadi lebih dari 10 kali, itu karena kami dan mereka belum juga berdamai, apalagi Aji yang selalu mengatakan kami Bocah Sableng, itulah yang membuat darah kami menjadi tinggi tetapi tidak dengan tubuh kami yang berharap untuk tinggi.
 
Suatu saat kami kehabisan amunisi (senjata bola api). Aan pun mempunyai ide untuk mengunakan batu kerikil-kerikil kecil, hilmi pun setuju, akhirnya gue ikut-ikutan setuju.

Akibat menggunakan batu, salah seorang dari mereka ada yang terkena oleh lemparan batu Hilmi, ternyata yang terkena adalah kepala Aji-nomoto. Kepala Aji pun bocor dan berteteskan darah se-ember akibat kena batu kecil lemparan Hilmi.

 Aji-nomoto adalah seorang Anak Mami. Untung saja dia tidak mengetahui keberadaan rumah gue, Aan, dan Hilmi. Itu membuat gue bertiga sedikit tenang dan bahagia.

Gue, Aan, dan Hilmi tidak berani lagi ke komplek itu karena takut dicari oleh satpam. Kebocoran kepalanya Aji membuat pertempuran itu menjadi pertempuran terakhir bagi tim Boleng dengan genknya Aji.

 Gue masih memakan beberapa siomay. "Gitu bang ceritanya." Siomay di piring gue tinggal satu.

 “Oh jadi gitu ceritanya." Abang Tukang siomay merasa puas mendengarkan dongeng dari Gue.

“Iyah bang, memang kejadian itu gak bakal bisa gue lupain kayanya.”

“Bagus deh kalo gitu. Btw, temen-temen kamu yang pada gajelas itu masih ada gak?”

“Yah masih lah bang, masa iya udah K.O.”  Gue tertawa sendiri. “Nih, paling abis ini gue mau nyamper temen-temen gue.” sahut gue. Dan siomay gue pun abis.

“Ouh, yadah. Itu udahan kan makannya." Abang tukang siomay Menunjuk ke piring yang gue pegang "Mana piringnya.”

“Nih bang *sambil mengembalikan piring siomay. Jadi gratis kan bang? Tadi kan saya sudah nge dongengin abang.”

“Ebuseh deh. Gigi lu bejidat gratis. Emangnya lu mao gua sunat dua kali.”

“Eh-Eh gak deh bang, Nih.” Gue pun membayar siomay itu.

Setelah abang tukang siomay pergi, Gue langsung menuju rumah untuk segera tidur. Memang tadi gue bulang sama abang tukang siomay, mau nyamper temen-temen gue. Tapi itu Cuma bohongan, supaya tuh abang tukang siomay cepet-cepet pegih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog