Rabu, 08 Oktober 2014

Kutukan MADESU Part 1


        Gue sebagai admin diblog ini, juga mau berbagi cerita buat bantuin si Rizki ngisi blog absurd ini. Kenalin nama gue, Reza. Gue adalah temen deketnya Rizki, sampe-sampe kita bikin twitter dengan akun @rizki_fachreza. Nama lengkap gue itu, Aldo Fachreza, bisa dipanggil Aldo, bisa juga Reza. Untuk membuat cerita absurd and lucu memang tidak semudah gue kira, pantes si Rizki kadang sering bengong akibat nyari ide. Gue pun mengalaminya *langsung galau*

      Ada temen gue, Namanya, anggap aja Sandi, dia menjadi MADESU sejak lahir.  Kita tahu MADESU, adalah 'MAsa DEpan SUram', hingga ber kemungkinan masa kecilnya menjadi sial.


 ^Waktu itu, ketika ibunya sedang berjuang setengah mati untuk melahirkan Sandi, di dalam ruang persalinan rumah sakit Bunda Dalima, paru-paru ibunya pun mendadak terasa sakit. Jantungnya berdegup kencang, seakan kematian sudah ada di depan mata. Tatkala, munculah sosok iblis yang kerap dipanggil Gojin, bermuka mengerikan, matanya putih seputih salju melotot dan menyeringai ibunya Sandi sambil tertawa jahat.

       "Hahahahe." Suara tawa sang iblis.

     Tujuan iblis itu muncul di hadapan ibunya Sandi adalah untuk menawarkan sebuah perjanjian koplak yang membuat ibunya Sandi tertarik. Tawarannya berupa kemudahan saat melahirkan, tapi anaknya akan MADESU terus sebelum dirinya meninggal. *memang tidak masuk akal*, tapi akhirnya tawaran dari iblis Gojin itu diterima, walaupun ada rasa kasihan dari seorang ibu, jika dirinya belum meninggal, maka anaknya masih terus MADESU. Dengan kata lain kena kutukan.

  Anak itu diberi nama Sandi Mulawarman, mukanya itu lucu-lucu kaya kamu. Ketika balita, Sandi menjadi jomlo. Ya karena belom ngerti lah. Gue sendiri bingung, kenapa ibunya Sandi malah menerima perjanjian yang ditawarkan oleh iblis. Kata orang, "Tidak ada yang menguntungkan jika menerima perjanjian dari iblis!! Pasti akan ada penyesalan nantinya," namun ibunya sudah menerima perjanjian itu, tinggal melihat saja apa yang akan terjadi pada kehidupan Sandi.  Cek this is!!!

A True Story For Sandi.....

    Setelah lumayan besar, Sandi sekolah di-Sekolah-Dasar, kita sebut saja SD Babuniye. Salah satu sekolah lacuk di Bogor. Tak tahu kenapa, ibunya memilih untuk memasukkan Sandi ke sekolah itu, padahal Sandi termasuk pinter, saking pinternya ngitung 2 + 2 = 5.  Dan dia pernah menjuarai lomba: melompati titit gajah, saat berumur tiga tahun.

   Di SD Babuniye, guru-gurunya terlihat selow. Ada guru yang super ganteng, super cantik, super gaul, hingga super ancur. Rata-rata guru di SD Babuniye belum memiliki gelar, dan masih muda-muda. Pernah, Sandi menyukai salah satu guru cantik di sekolah itu, namun sayang  ketika boker aja, Sandi belum bisa cebok sendiri :(.

    Selain itu, Di lingkungan SD Babuniye juga banyak ajaran-ajaran sesat dari penjaga parkir sekolah *kampret*. Dia mengajarkan merokok pada murid-murid dari yang baru masuk hingga yang kelas akhir (kelas 6). Bukan hanya mengajarkan murid merokok, tapi yang lebih parahnya, penjaga parkir itu memaksa murid-murid untuk menyembah sepitenk. Sandi yang sedikit ngablu, menyedot beberapa kotoran dari dalam sepitenk itu.

    Terlihat Jelas sekali si-penjaga parkir itu mungkin adalah alumni dari SD Babuniye, yang ingin balas dendam karena dulu ia tidak mendapatkan pengajaran dengan baik.

  Disana Sandi memiliki banyak teman, salah satunya bernama Robbi. Robbi memiliki kulit hitam, rambut hitam dan bibirnya yang lumayan panjang seperti mulut soang. Ada lagi namanya Agi, dia gendut, perawakannya besar, sebesar gajah afrika. Agi dan Robbi sudah menjadi sahabatnya Sandi sejak mereka satu ruangan di kelas 6, mereka bertiga  membentuk sebuah genk bernama tiga sekawan. 

   Genk tiga sekawan terkenal anak-anak bandel, ketika pramuka dan olahraga, anak-anak tiga sekawan selalu bolos. Entah ke rental ps atau ke rumah Aji-si-anak-mami-penjaga-warnet. Mereka tiga sekawan, sudah menjadi kebiasaannya masuk ke ruang BP. Kalo karena bukan telat datang ke sekolah dan rambut mereka yang gondrong-gondrong, pasti mereka tidak sering masuk kantor BP. Di SD saja Sandi sudah MADESU, berkat bantuan Robbi dan Agi. Kutukan itu berjalan dengan baik.

 
   Lulus dari SD Babuniye, Sandi bingung mau masuk ke sekolah mana. Negeri atau swasta, kalo swasta ada kemungkinan jadi bandel, sedangkan negeri ada kemungkinan punya pacar (Ini -teori-ngasal!!). Akhirnya Sandi memutuskan untuk memilih sekolah... yang sama seperti Robbi dan Agi. Ketika mereka kumpul di lapangan dekat sekolah, Robbi mengajak masuk SMPN 1 Bogor, tapi niatan itu diurungkan karena nilai NEM mereka tidak mungkin cukup. Lalu, Agi yang terlihat mikir dari tadi, langsung mengajak untuk masuk di sekolah swasta SMP Jambaniyeh. 

   "Woy, besok kite daftar yu di SMP Jambaniyeh." Ajak Agi sambil megangin rumput. "Denger-denger sih, besok hari terakhir pendaftaran," Rumput yang dipegangin dari tadi, langsung dicabut Agi.

    "Nah, lho!! Harus cepet-cepet dong?" Tanya Sandi

   "Yaiyalah Pelo banget lo." Agi memakan rumput yang dipegangnya barusan.

  "Hayu dah, besok barengan ya." Sambut Robbi, "Jangan dulu-duluan. Ingat, kita tiga sekawan *tersenyum*." Bujuk Robbi sekaligus merayu.

 "IYEEEEE." Kata Sandi dan Agi bersamaan.

    "..."

   Waktu pendaftaran di sekolah SMP Jambaniyeh, Agi mengajak Sandi dan Robbi untuk berkumpul dulu di rumahnya, agar mereka pergi sama-sama, buat daftar ke SMJAM---SMP Jamban-iyeh, di Bogor. Dengan mantap mereka berangkat bertiga. Sampai di sekolah mereka bingung mau ngapain, ngeliat orang lain pada daftar sama orangtuanya.

    "Calon-calon nggak keterima, nih. Yang lain pada bawa orangtua'" kata Sandi.

    "Udah, tanya aja dulu. Kalo anak yang bawa orangtua tuh anak-anak manja yang nggak mandiri. Kaya si Aji itu lho," sahut Agi sok bijak. Kayaknya dia paling ngotot mau daftar di SMJAM.

  Mereka bertiga nyamperin bagian pendaftaran, minta formulir. Kemudian mereka bertiga pergi ke bawah pohon cemara yang ada di taman sekolah buat ngisi formulir.

   "Minjem pulpen, dong," kata Robbi. Kayaknya cuma dia yang paling nggak siap buat daftar sekolah.

   Agi dengan semangat ngisi formulir, sedangkan Sandi ngisi dengan ragu, Robbi termenung bingung. Bibirnya Robbi sudah maju dua senti. Sandi yang kasihan liat Robbi cuma megangin bibir plus kertas doang, berbaik hati mau bertanya, "Kenapa lo, Rob?"

    "Eh, umm. Ini. Anu. Emm, gue nggak tahu kalau disuruh bawa berkas-berkas SD."

     "Ya Allah. Terus lo nggak bawa apa-apa?"

     "Cuma bawa foto, nih di handphone."

     "...."


   Dia bener-bener nggak siap, "Balik dulu gih, ambil berkas-berkasnya, sama cetak fotonya. Gue tungguin, tapi jangan kelamaan." Kata Sandi, sambil mengisi formulir pendaftaran.

      "Oke," jawab Robbi singkat.

   Dia bergegas bangun, tapi tak beranjak dari tempat dan masih nampak bingung juga.

       "Kenapa lagi, sih?" Tanya Sandi.

       "Kunci motor gue mana, ya?"

   Sandi dan Agi serempak dengan nada tinggi, "ROB! ITU NYANGKUT DI BIBIR, LO!!" Mereka tertawa terbahak-bahak, kecuali Robbi yang langsung menutupi bibirnya.

     "Eh, iya-iya, nih ada. Gue ke sono dulu ya, ngambil berkas. Kalo udah gue kesini lagi, lo jangan tinggalin gue ya. Soalnya gue nggak tahu ke sininya." Jawab dia linglung sambil lari.

Sandi dan Agi menunggu lama. Semakin sore mereka semakin panik, soalnya bentar lagi pendaftarannya tutup. Hari ini adalah hari terakhir pendaftaran. Agi bela-belain telepon Robbi, tapi hapenya ada di samping Sandi, malah ditinggal. Sandi malah ngangkat, "Halo, apa kabar, Gi?"

Langsung dimatiin teleponnya sama Agi, dia lagi nggak minat bercanda kayaknya, obsesi banget mau masuk SMJAM.

Robbi akhirnya datang dengan napas ngos-ngosan. Langsung disuruh isi formulirnya sama Agi cepat-cepat. Sandi melihat Robbi ngisi buru-buru, selesai ngisi formulir, mereka lihat sekolah udah agak sepi.

 "Jangan-jangan udah tutup, nih pendaftarannya? Kalo bener tutup, lo gua cekek, Bi!" Kata Agi mengancam.

   "Udah, yuk! Buruan," ajak Sandi menarik mereka meninggalkan pohon.

Sampai di bagian pendaftaran, bener aja, udah diberesin. "Loh, Bu. Ini ketinggalan tiga lagi." Agi mencoba bernegosiasi.

    "Maaf. Kita udah tutup," jawab ibu-ibu di bagian pendaftaran sambil mengemas berkas.

    "Yah, masa nggak bisa ditambah tiga lagi, sih, Bu?"

     "Kalian dari mana aja pukul segini baru datang?"

    "Yelah si ibu, anak muda, Bu. Biasa, abis netein." Jawab Robbi

        "...."

Mereka bertiga ditimpuk pake berkas yang dipegang ibu-ibu itu.

   "Kalian ko berani sih, ngomong gitu sama kepala sekolah di sini?" Dengan memasang muka sangar.

    "Aih, ibu teh kepala sekolah di sini?" Tanya balik Sandi.

    "Bukan, ibu hanya sekedar guru yang ngarep jadi kepala sekolah." Jawab ibu itu santai.

Memang guru tersebut sekarang berubah menjadi tukang ngibul. Yup, tukang ngibul naik haji. Dengan tidak hormat anak tiga sekawan diusir ibu guru yang ngarep jadi kepsek. Kejadian barusan membuat anak tiga sekawan menangis cengingikan ketika di perjalanan pulang.

Akhirnya mereka nggak masuk di SMJAM, dan terpaksa sekolahnya mencar-mencar. Agi disuruh masuk pesantren Latansa, di rangkasbitung sama bokapnya. Robbi masuk sekolah islam Al-Madinah, sedangkan Sandi masuk SMP swasta yang dibilang masih baru, karena satu kelas muridnya hanya sepuluh orang. Lagi-lagi jadi MADESU.

Bersambung.,.,

9 komentar:

  1. Gila nih Blog Keren banget, pake segala Ada Adminnya.

    azizkerenbanget.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh bingung nih, mau bales apa *mati kata* -:) . Yaudah, makasih ya sudah mampir.

      Hapus
  2. Asoy.. cerita baru nih.. keren (y) :)

    SALOGME (satu blog rame-rame) :D
    Kreatif!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baca terus ya.. Part 2 nya malming nanti :)

      Hapus
  3. madesu itu apa sih, gw berharap ada penjabarannya di artikel ini tapi gak nemu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Madesu = masa depan suram.. Maaf kemaren, saya kurang memerhatikan :)

      Terima kasih sudah berkunjung :D

      Hapus
  4. ya kakak yang abstrud aja susah ,,apalagi yang biasa...aku sampe lpa makan karna baca blog kakak.....

    BalasHapus

Arsip Blog